[49] Putu-putu di Tempat Orang


Sebuah perjalanan atau plesir ke tempat tertentu memang menyenangkan. Selain menghibur dan merelaksasi hati pikiran, juga sekaligus mendapatkan pengalaman dan pengetahuan. Karena kini tempat berpergian sudah semakin banyak dan bervariasi, tidak lagi sekedar tempat wisata alam namun juga berkembang hingga wisata teknologi dan hiburan. Tidak hanya yang di pinggir laut namun juga di bawah tanah. Tidak hanya berbekal pemandangan namun mulai mengarah ke “pengalaman”.
(Intro dulu lah biar keren)
Nah selagi berpergian tentu tak lupa kita meninggalkan rekam jejak atau bukti catatan singgah kita. Dalam bentuk foto. Foto menjadi saksi atas pencapaian kita dalam mencapai atau melakukan suatu hal. Apalagi teknologi sekarang ( ya kamera digital, aipon, androit ya cem tu lah) memungkinkan untuk mengambil gambar lebih banyak dan lebih bagus. Banyak orang yang rela berlama2 mengambil foto demi memdapatkan hasil terbaik (kalau matanya lagi merem atau bibir monyong tentu langsung diulang). Tak jarang akhirnya merogoh kocek lebih dalam untuk segenggam gadget yg lebih canggih (canggih disini hitungannya bisa bikin foto selfie yg lebih praktis dan bagus ya) demi foto yang lebih asoy. Aneka macam aksesoris seperti tongsis (tongkat narsis) atau cangsis (cangkul narsis, untuk di pedesaan) serta software pengedit foto seperti camera360 dikerahkan agar foto yang dihasilkan tak kalah bersaing dengan foto om Darwis Triadi atau om Arbain Rambey. Hohoho
Apa penyebab semua itu? Karena eh karena Kita telah memasuki era social media yang membebaskan ruang dan waktu manusia dengan sesama. Siapapun punya hak tuk jadi eksis dan bergaya selama punya akses ke internet. Sharing menjadi mata uang baru di era kini. Semakin unik dan menarik sebuah hal semakin tinggi kadar keeksisannya. Informasi dan keunikan telah menjadi sesuatu yang berdaya nilai jual tinggi, melibihi sekalung emas. Sudah kodratnya manusia kali ya ingin eksis dan diakui.
Semakin prestius dan berkelas apalagi terkenal ngehits di dunia maya yang menjadi latar atau lokasi tempat foto, maka semakin tinggilah daya eksisnya di dunia maya. Ini menurut saya, gw, dan aing yang menjadi poin dalam ke-asoy-an sebuah foto bagi masyarakat dunia maya (alah bahasanya) (dalam hal ini untuk foto jalan-jalan ya).
1) Cantik atau ganteng yang difoto (incaran si jomblo yg suka stalking)
2) Lokasi yang prestius (kuburan atau toilet umum tidak termasuk)
3) Pose yang unik
4) Momen tertentu (misalnya foto sama sodara pas lebaran ato liburan bareng atau yang bikin gigit jari ngupil bareng pacar)
5) dan lain-lain (mikir sendiri yah, udah gede juga)
Insya allah upload foto anda akan mendapatkan like atau love yang banyak, sejumlah pasir di gurun sahara (oh gak segitu juga ya?). Kita terlalu sibuk untuk menfoto diri sendiri, sibuk mencari ekspresi yang pas hingga sibuk mencari posisi yang ekstrim macem manjat pohon kelapa padahal apa daya atau tiduran di pinggir pantai padahal di pinggir empang. Percaya atau percaya, kita jadi kehilangan tujuan awal dari plesiran, yaitu rekreasi dan relaksasi. Mungkin kamu jadi stress sendiri ketika tempat plesirnya penuh dengan orang sehingga gak dapet tempat foto yang oke, bingung mana yang lebib bagus difoto sambil berdiri apa ngangkang, dan serasa paling sengsara ketika hape mati padahal belum update foto jalan2 di instagram atau fb. Rusuh dengan sesama pengunjung, berebut lokasi foto. Bikin hati sesama jadi dongkol dan sebel-sebelan.Semua menjadi bikin kesal ketika hidup berorentasi pada diri sendiri.
Padahal ada berapa momen yang terlewat ketika kita sibuk memandang layar hape. Mungkin ada pemandangan yang indah sepanjang perjalanan yang gak bakal ditemui di kota asal ketika kita update status otw di twitter. Mungkin ada kejadian lucu atau menarik yang terlewat seperti adik sepupu dan teman yang melakukan kebodohan atau keisengan ketika kita sibuk ngobrol di line. Mungkin ada pengetahuan yang terlewat pada museum atau situs sejarah yang dikunjungi ketika kita sibuk foto di depan pintu masuknya untuk diupload ke instagram. Mungkin hanya sekarang ini kita bisa ngobrol2 leluasa dengan keluarga atau teman dr daerah asal selama perjalanan sebelum nantinya kita sibuk dengan kerjaan masing2. Mungkin ada momentum alam seperti matahari terbenam di antara gunung yang membuat kita terkagum-kagum dengan kekerenan ciptaan Tuhan, yang membuat kita mikir dan merasa kecil, tapi terlewat karena berusaha nyari sinyal untuk update lokasi di path.
Ya dan semua kemungkinan itu pasti akan menjadi pengalaman yang paling disesali seumur hidup.
Foto sewajarnya tak apa karena foto menjadi jendela nostalgia kita ke masa lalu.
Lebih banyak berinteraksi dengan teman seperjalanan maupun orang yang ditemui di jalan walau ia sekedar juru parkir atau ibu warung. Lebih banyak membaca folder di museum. Lebih banyak merasakan semilir angin dan mencium aroma laut.
Maka lupakanlah kepentinganmu yang bisa jadi tidak penting2 amat barangkali untuk sementara. Amnesia dulu lah sama socmed. Agar perjalanan kita menjadi pengalaman yang memperkaya hati, pikiran, dan jiwa. Semua demi tidak datangnya penyesalan yang terlambat.
Ditulis di atas kloset kamar mandi di rumah bude yang jauh dari kota, bersama bak mandi yang kosong dan ditunggu om yang ngantri mandi. Lanjut lagi di ruang tamu ditemani lupa mau nulis apa dan perumahan yang sepi. Sudah ya besok mau lanjut berkelana lagi lah

Comments

Popular Posts