[63] Catatan Akhir Waktu di Awal Waktu


Waktu mungkin dimensi yang paling melar sekaligus yang paling kaku, mengingat berbagai macam kejadian bisa terjadi dalam kejapan mata atau dalam perasaan ribuan hari. Ketika lari melewati waktu, sesungguhnya kita tak pernah tahu apakah kita menyusulnya atau mungkin selama ini ia hanya berlari bersama kita. Menemani kita bahkan di saat tergelapnya dan tanpa sadar… sudah banyak langkah kaki yang kita tinggalkan di belakang. Jumlahnya tidak ada yang tahu pasti, karena perhitungan manusia adalah yang paling buruk, seburuk jika kita lupa bahwa diri kita ada Yang Memiliki…
Adalah tugas kita untuk terus melangkah maju, walau waktu terus bergulir tanpa ada yang meminta. Gak kerasa men akhir semester udah berganti aja dan kurang dari seminggu semester baru akan dimulai. Perjalanan setahun kemarin mungkin salah satu yang paling epic dan WAJIB untuk disyukuri walau asem-asemnya lebih banyak dirasa. Tapi toh rasa asam memang ada untuk menguatkan rasa manis yang pasti akan kita rasakan. “Banyak hal yang udah terjadi” pasti udah jadi kata-kata paling mainstream diutarakan di jagad penulisan jurnal akhir tahun.
Awal Januari dimulai dengan menginap di Surabaya dan Malang, menjadi salah satu backpacking yang menarik karena tidak mengeluarkan biaya sepersen pun untuk akomodasi. Bertemu dengan teman seperjalan baru menjadi bekal untuk backpacking ke depannya.
Januari – April tahun lalu menjadi salah satu awal titik balik dari kehidupan gw. Gw gak pernah lupa ketika ketua UKM gw bernaung mengajak ngobrol sebentar dan dalam sekejap gw diserahi amanah untuk jadi Ketua Acara Tahunan proker BPHnya. Ibarat main game ketika gw masih level picik macem level 1 tiba-tiba dari misi untuk level 100. Semudah membalik telapak tangan memang, maksudnya telapak tangannya gajah. Susah banget kampret, berkali-kali gw miskomunikasi sama anggota, lalu ketika biaya tidak kunjung memadai,  kuliah gw pun sejujurnya berantakan sekali (ya gw sering menghilang dari kelas dan menjadi anggota terhormat Klub Telat Kumpul Tugas) hingga akhirnya ketika hari H ada kejadian yang membuat semuanya kacau. Akhirnya kami harus ngutang. Ya acara yang saya komandoi itu menurut saya pribadi merupakan kegagalan paling indah yang gw alami, karena dari situ akhirnya gw malah kenal banyak orang dan belajar banyak hal. Baru bulan Desember kemarin akhirnya dana dari kampus turun dan akhirnya gw bisa melunasi hutang. 
Pada bulan Maret akhirnya bisa juga keluar kota denga sponsor orang lain bersama seorang teman karena memenangi sebuah lomba < cerita detil menyusul
Juli tak lupa gw atas perjalanan bersama keluarga Tante gw yang merupakan adik dari bapak. Bagaimana akhirnya gw mengetahui asal usul keluarga dan tak lupa sepak terjang eyang gw dulu. Ditambah memperkaya pemandangan dengan mengunjungi 6 kota (Jakarta, Bandung, Pacitan, Purworejo, Solo, Yogyakarta) dalam seminggu. Ya men, Abah memang tidak salah kalau bilang
“ Permata yang paling berharga adalah keluarga , Istana yang paling indah adalah keluarga. Ada cerita di antah berantah, tuyul sedang bersidang. Si Ucil Tuyul yang suka melawan, mencuri tak mau dia” eh kayaknya kecampur sama lagu lain -__-
Candi Ratu Boko, Yogyakarta
Pantai di Pacitan
Padi, Purworejo
Agustus adalah awal semester kemarin, dimulainya kehectican acara 4 tahun sekali. Pasar Seni ITB 2014. Selama 3-4 bulan merasakan ketika mendesain “tidak selamanya menyenangkan”. Disinilah ketika ego, keinginan, dan kebutuhan ditempa agar semua keluar sesuai takarannya. Ini momentum yang menurut saya membuat lebih mengenal arus kerjaan di dunia desain. Gak akan pernah lupa ketika sms dan line bersahut2an nanyain gawean yang udah tenggat deadline.
Ya, bau keringatnya menempel hingga sekarang
September. Katanya orang yang tepat akan selalu datang di hadapan kita ketika dibutuhkan. Ya Kang Erwan mungkin jadi pemandu serta jawaban ketika hidup dirasa mulai membelok dari jalur yang seharusnya. Semua dimulai ketika saya mencari seorang mentor untuk mengingatkan kembali untuk apa sih sebenarnya kita hidup di dunia ini. Bukan terhitung jalan yang lumrah untuk sebagian orang, karena saya bersama 5 orang lainnya menghabiskan Selasa malam tiap minggunya untuk belajar lebih dalam soal agama atau sekedar berbincang soal hidup sehari-hari.
Desember. Ditutup dengan serangkaian UAS terpanjang mungkin dalam hidup yang baru gw alami. Satu setengah bulan penuh bukan waktu yang sedikit ketika ngerjain ujian seharian penuh. Untuk sebagian orang, amanah dan tanggung jawab hanyalah panggilan untuk sekedar menyelesaikan kewajiban. Namun untuk sebagian orang yang lain, amanah bisa jadi kesempatan untuk membuat karya ketika mimpi tidak lagi menawarkan jawaban nyata. Hanya sekarang celahnya untuk menciptakan sesuatu melewati batas normal orang lain, mendorong kekuatan batas diri sendiri.
UAS yang dikerjakan 5 hari 5 malam (trus mabok)
Ya waktu akhir tahun ini memang agak berbeda dengan tahun sebelumnya, gw habiskan dengan belajar agar pandai dan pintar supaya bisa s4 dalam waktu setahun ngerjain UAS ketika yang lain sedang berlibur dan pulang ke rumah untuk main gundu dan barbie ketemu orangtuanya. Tapi syukur alhamdullilah bisa menyempatkan pulang ke rumah karena paksaan dari orangtua dengan perasaan damai dan sukacita perasaan tidak tenang karena UAS belum berakhir sodara sodara. Ada obrolan yang paling gw ingat ketika pulang kemarin …
Bapak : Mas, kamu udah semester berapa ya? (ya bapak saya memang pelupa kalau urusan sekolah)
Saya : Enng, mau masuk semester 6, pak (sambil ngusap2 jendela biar jinnya keluar biar kinclong)
Bapak : Wah gak kerasa ya udah mau tiga tahun kamu di Bandung. Kayaknya baru kemarin bapak nganterin kamu ke Bandung
Gw : Ya iyalah pak, orang Bapak aja cuman sekali itu nengokin ke kostan ku di Bandung
Bapak : Hahaha, iya ya? Eh itu ada ikan Koi terbang! (pura-pura lupa dan mengalihkan pembicaraan, gak deng yang terakhir itu bohong kok.)
Gw merasa perubahan semakin hari semakin terasa nyata. Rambut yang mulai memutih serta kulitnya yang semakin keriput pada diri bapak saya sudah tidak bisa disangkal. Tubuh gw yang kini lebih tinggi daripada bapak saya sudah menjadi tanda bahwa gw tumbuh dalam banyak arti. Dulu waktu kecil masih ingat gw bagaimana bapak mengangkat koper bawaannya sendiri dengan gagah. Masih ingat gw ketika beliau yang kerap mengingatkan gw untuk tidak lupa menyimpan kunci rumah ketika berpergian. Kini semuanya terbalik. Sekarang gw yang lebih banyak membantu berperan dalam mengangkat barang bawaan yang berat. Gw lah orang yang selalu tenang dan santai mengingatkan dimana beliau menyimpan kunci rumah ketika beliau kalap dan lupa dimana ia menyimpan kunci rumah.
Terkadang waktu adalah mantra ajaib yang bisa merubah semuanya. Jangan sampai kita terbius dengan pelannya waktu padahal ia berjalan cepat, hingga kita tanpa sadar telah menua tanpa berbuat apa-apa.
Ini sekedar catatan super kecil dari kilas balik atas tapak hidup yang sudah dilangkahi.
Dibuat untuk dikenang bukan untuk dikekang.
Untuk dipelajari bukan untuk disesali.
Untuk disyukuri bukan untuk sekedar mengalami.

Comments

Popular Posts