[78] Pamer(&RUN!)


Sekarang tanggal 5 Februari 2016
Terhitung satu minggu lebih setelah diadakannya acara lamaran pameran himpunankoe yang diadakan di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung. Untuk yang belum tahu (kalau tidak mau tahu tidak ada yang memaksa), setiap 2 tahun sekali kami  mengadakan pameran karya dalam rangka mengenalkan desain ke masyarakat publik secara umum. Tema nya bermacam-macam, tergantung selera panitia nya (gak deng, pastinya dirundingin terlebih dahulu setelah menenilik berbagai macam aspek). Untuk tahun ini, pameran bernama“Konspirasa” menitik beratkan pada keberadaan desain grafis di tengah kehidupan sehari-hari. Harapannya masyarakat segalaksi Bimasakti Indonesia punya pandangan baru mengenai dunia desain, gak sekedar menganggap desain hanyalah gambar doang atau seremeh iklan di majalah Trubus.
Bagi yang ketinggalan pamerannya, jangan resah janganlah mendesah. Kalian bisa liat disinidisitu, dan disono.
Tulisan ini bukan bermaksud promosi atau gmn2 (lah wong acaranya udah lewat juga), tapi ada beberapa pelajaran yang gw dapat selama gw ngurus pameran senilai 20 SKS ini.
Sejujurnya pada akhirnya gw gak jadi ikut nyumbang karya terbaru karena terlalu sibuk melakukan penelitian : mana yang lebih besar congek di kuping kanan atau kiri. Alhamdullilah gw ditumbalin diserahin amanah untuk mengurusperlogistikan, yang mana berakhir sibuk mengkoordinasi kebutuhan para peserta pameran yang ribetnya melebihi perawatan kecantikan Syahrini atau mengusut dalang di balik kasus Kopi Mirna. Kurang lebih 3 – 4 bulan bersama kawan2 panitia mondar – mandir nyediain barang dan mencari vendor yang disukai sejuta umat : harganya murah dan barangnya bagus, syukur2 digratisin. Liburan semester kemarin pun gw tetap kontak2an utk koordinasi. Alhasil liburan kurang tenang.
Sebenarnya jobdesc gw terdengar cukup simpel : nyediain barang yg diperluin untuk pameran dan koordinasi dengan vendor (sound system, panggung, panel dkk) yang cocok untuk pameran. Tapi kenyataannya berbeda 360 derajat (sama aja dong). Ada yang minta roll kabel sepanjang anakonda, meja tamu, sofa, bahkan seisi kamar. Terkadang saking banyaknya barang yang diangkut dalam mobil pick-up, jadi serasa acara dalam Bedah Rumah. Bedanya disini gw yang berperan jadi kuli nya.
Gw jg tak lupa untuk rajin pacaran ketemu dengan mas atau mbak vendor agar terus update dengan harga sewa. Bahkan dengan setianya gw terus menjawab tawaran mereka siang dan malam lewat whatsapp. Tampaknya bisa jadi alibi yang bagus untuk selingkuh, namun gw lupa jangankan selingkuhan yang diselingkuhi saja tidak ada #salamjomblo
Semenjak ngurus pameran ini, entah kenapa gw jadi sering deket dan ngobrol dengan kuli-kuli yang ngebangun partisi atau supir-supir pick up yang dpinjem untuk mengantar logistik. Setelah beberapa bulan jadi sering bertemu, jadian, lalu menikah dan dikaruniai 11 orang anak (gak deng). Mereka sering cerita pengalaman kerja (mulai dari merantau dr kampung, kerja sm bos yang kurang enak, udah kerja berapa lama) hingga pengalaman hidup pribadi (nikah dan menetap di Bandung, susah nyari uang, hingga anaknya minta nikah muda). Kadang gw cmn bisa mendengar dengan iba atau pura2 ketiduran.
Tapi ada pelajaran yang gw ambil dari mereka. Meskipun mereka “hanya” pekerja serabutan atau supir, mereka selalu mengerjakan pekerjaan mereka sungguh-sungguh. Mereka tak perlu apresiasi atau perhatian berlebih dari orang banyak untuk mengerjakan dengan serius. Mereka memang jarang terlihat atau sering terabaikan, namun gw sangat percaya tanpa adanya mereka maka pameran gak bakal sesukses atau sebagus itu. Karya-karya teman gw gak akan bagus dan indah tanpa kerja keras dari mas-mas yang kerja semaleman hanya untuk masang lampu pameran dan instalasi listrik. Gak akan ada perform yang meriah atau presentasi yang keren kalau gak ada assist dari sound operator yang mangkal dari pagi hingga malam. Semua ke-epic-an yang tercipta dari pameran (dan sampe masuk koran) gak akan terjadi tanpa adanya usaha dari “orang-orang yang bekerja di balik layar”. Juga berlaku untuk teman-teman panitia lain yang sibuk ngurusin keberlangsungan pameran sampai lupa ngurus karya sendiri.
Terkadang kita lupa bahwa keberhasilan kita tidak hanya berasal dari usaha dan doa kita saja. Ada usaha dari mas2 fotokopian yang mau ngejilid makalah kita di tengah malam, temen kita yang mau2nya mendengarkan keluh kesal kita walau besok mereka ada ujian, ada usaha dari ibu warteg yang mau2nya kita utangin di akhir bulan, dan tentu ada doa orang tua kita yang mungkin gak pernah kita minta. Berterima kasih lah sama mereka dan minimal jangan lupakan mereka dalam doa kita.
Karena keberhasilan kita bukanlah piagam kemenangan kita sendiri, melainkan piala juara bersama milik orang-orang “kecil” yang hadir di dalam hidup tanpa kita sadari. Sama halnya Konspirasa yang lahir dari kurangnya jam tidur, pikiran, keringat, dan air liur panitia yang bekerja keras menyiapkannya siapapun mereka.



Terima kasih buat teman2 dari divisi Transport-Logisitik di Aristo & co yang mau2nya aja gw ajakin dan suruh jadi JNE-dadakan. Semoga amalan baik kalian diterima dan dibalas sm Yang Maha Kuasa.
Terima kasih untuk teman2 panitia ring-1 yang sudah bekerja melewati karyawan baru lembur, merasa hormat dengan kalian yang tetep semangat biar kadang suka gak diwaro sm teman2 di grup.
Terima kasih pada angkatan 2013 dan 2014 yang bela2in sibuk ngurusin pameran walau masih ada kuliah dan libur terganggu. Semoga ilmunya kepake terus sampai akhir hayat
Dan terima kasih untuk alumni dan dosen yang sudah mendukung keberjalanan pameran ini serta kepada pengunjung yang rela mengorbankan sebagian kecil masa hidup kalian untuk datang dan mengapresiasi karya kami.

Gugur satu, tumbuhlah sejuta. Itulah masalah. Pameran Konspirasa sudah selesai tapi masih ada ujian lain yang menghadang di depan, Tugas Akhir. Sebagai mahasiswa tua tingkat akhir, gw gak bisa mengelak darinya. Sudah waktunya gw bangkit dari istirahat sejenak dan kembali berlari untuk mengerjakan Tugas Akhir yang justru mengawali segalanya.
Salam marathon

Comments

Popular Posts