[93] Bakat


Gryuaaa di tengah2 semedi gw (baca:mengerjakan TA sambil mandi dibawah air terjun Curug Pelangi agar mendapat wangsit), gw kembali merenung sesaaat sembari mendengarkan podcast (ya akhir2 ini lg hobi ngedengerin Podcast Awal Minggu).
Thomas Alva Edison pernah berkata:
1% bakat. 99% Kerja keras.
Atau kalau dalam bahasa Mongol artinya 
1% -ийн авъяас. 99% нь ажил хэцүү 
(ya siapa tahu ada orang Mongol yang numpang baca).
Saat ini Gw tengah merenung, apa iya orang yg cepet sukses itu mereka yang punya bakat? Kenapa gw berpikir demikian? Di masa pascakampus yg gw rasain skrg, beberapa temen gw yg “cepet sukses”  (baca: langsung dapat kerja, usaha yang dirintis mulai berbuah hasil, omsetnya meningkat) gak dipungkiiri adalah beberapa temen gw yang emang berbakat. Sebutlah bakat menggambar, bakat mendesain, bakat public speaking, pinter soal engineering, apapun itu. Dengan kata lain, mereka terlahir sebagai jenius paling nggak menurut lingkar pertemanan gw. Ya emang sih dari bangku kuliah sampai meja kuliah mereka2 yg gw maksud udah sering bgt bawa piala/sertifikat juara. keterima ikutan exchange. ketua berbagai acara ini itu sambil tetep berIPK di atas 7.5 lah *ini IPK apa standar remedial
Sering ada perbandingan orang yang berbakat akan kalah dengan mereka yang kerja keras, tapi bagaimana dengan orang berbakat yang kerja keras dengan orang biasa yang kerja keras? Harus diakui bakat bukan segalanya, tp bakat bisa mempermudah segalanya bukan?
Gw mungkin agak terdengar menyalahkan bakat dan nasib, tp izinkan lah gw untuk lanjutin dulu ya minimal sampai pilpres 2019 (*yah).
Lalu bagaimana orang biasa/tanpa bakat/bakatnya gak seberapa ini bisa bertahan hidup di tengah rimba persaingan hidup? Ya, ntah kenapa dari pengamatan gw, biasanya orang biasa (jadi belibet) itu tangguh/determinasinya gak main2. Dia bakal (pasti) sukses walau mungkin masih nanti pokoknya tidak dalam waktu yang dekat. Waktu akan menguji mereka. Hehe. Lagian siapa yang nyangka sih Jokowi, pengusaha mebel, jadi presiden 10 tahun yang lalu?
Dan kalau dipikir baik2 lagi, Gusti Allah gak sekejam gitu ninggalin orang untuk bertahan tanpa bekal bakat sedikitpun. Singa memang diberi cakar dan taring, tapi rusa juga larinya lebih kenceng dan jauh kalau dikejer hehe. Tikus biar kecil juga dia berbakat bisa makan sabun *gak nyambung. Sebiasa-biasanya orang, pasti ada lebihnya dan kurangnya. Antara belum nemu, belum sadar, atau lupa *ada gtu lupa bakatnya?
Perkara bakat-kerja keras-orangbiasa ini toh tidak akan menentukan sepenuhnya kehidupan kita. Masih ada faktor lain yang kalau semua dipikir bisa2 otak meledug kayak kompornya Bang Benyamin
Dan gw rasa, untuk bahagia orang gak perlu bakat khusus. Semua orang bisa bahagia kalau mau. Sekarang juga.
Duh, kalau dipikir2 lagi ngapain ya mikir soal bakat ngga bakat, toh hidup cuman dijalanin aja. Yaudah lupain aja yg ditulis di atas *lah *gtu
 ————————–
H-13 menuju preview 3 TA. Ampunilah hambaMu ya Gusti Allah karena nulis bukannya lanjut mengerjakan, apalah hamba bisa jenuh dan mengantuk ingin tidur saja~

Comments

Popular Posts