[53] Meninggalnya Bermanfaat


Saban hari yang lalu, sebuah kabar menyedihkan menyeruak di jurusan saya kuliah. Salah seorang dosen senior, eh tidak bahkan dua orang meninggal pada hari yang sama. Sontak seluruh orang-orang di jurusan mulai dari dosen, staf TU, sampai tak ketinggalan mahasiswanya heboh mondar-mandir, memberitahukan kabar duka ini ke berbagai pihak. Karena kabar duka ini bukan sekedar kabar duka, karena Indonesia telah kehilangan salah satu tokoh besar di dunia Kartun.
Beliau adalah Pak Priyanto Sunarto , desainer grafis, ilustrator, kartunis, dosen, guru, dan mentor. Beliau adalah salah satu tokoh penting di dunia kartun Indonesia, sebagai kartunis di majalah Tempo. Beliau juga salah satu penggagas Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI). Beliau juga mengajar di banyak institut dan universitas. Beliau telah menggelar banyak pameran dan mengisi pembicaraan di seminar. Tapi bukan itu yang sebenarnya ingin saya bahas (jika berkenan mencari profil lengkap beliau silahkan mencari di pamar gugel J ).
Kronologis kejadiannya, beliau meninggal pada hari Rabu pagi di rumah sakit Borromeus, Bandung. Sebelumnya memang beliau sudah dirawat di rumah sakit selama sebulan atau dua bulan (kalau tidak salah). Sorenya saya bersama teman-teman jurusan berangkat menuju kediamannya yang di Sekeloa. Sampai disana, isak tangis dan muka bermuram durja memenuhi kediaman beliau. Rumah beliau sama seperti rumah-rumah tetangganya, sederhana namun tertata rapih. Banyak lukisan dan ilustrasi buatannya menghiasi dinding, tak lupa berbagai macam foto diri bersama keluarga serta penghargaan dari berbagai tempat. Lalu satu per satu orang berdatangan, melayat beliau yang tengah berbaring tak bernyawa di dalam rumahnya. Satu per satu, satu per satu, semua mengalir seperti aliran sungai yang tak putus. Sebanyak itu orang datang melayat dan mengenang beliau, ya sebanyak itu. Dari muda ke tua, yang botak hingga gondrong. Semua datang untuk berkabung atas beliau.
Sembari melayat, saya mendengar obrolan dan bisikan tiap-tiap orang yang sedang bersedih itu. Ada yang meraa kehilangan guru terbaiknya, ada yang merasa kehilangan temang ngobrolnya, sahabat diskusi, senior yang tak pelit ilmu, dan yang lainnya. Semua kehilangan satu sosok. Dideskripsikan pada, sosok yang memberikan ilmu dan manfaat bagi mereka yang tengah melayat hari itu. Layaknya angin bertiup yang membawa benih-benih di tengah lapangan luas.
Esok paginya rencananya akan diadakan penghormatan kepada Pak Pri di Aula kampus. Sampai dia aula, ternyata yang datang melayat jauh lebih banyak dari hari kemarin. Belum ditambah deringan hape dari keluarga Pak Pri yang menyatakan mohon maaf keterlambatannya ke penghormatan beliau atau belasungkawa karena tidak bisa hadir. Beberapa orang dari institusi dan civitas akademi memberikan pidato penghormatan. Walau semua orang tahu bahwa di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna namun tiap pidato memberikan kesan positif dan rasa terima kasih pada hal yang sudah beliau berikan selama hidupnya.
Membuat kartun sosial politik yang nyentil siapapun yang membacanya.
Membangun Museum Kartun di Bali.
Mengajar dan membagikan ilmu di berbagai tempat.
Tiga poin pokok yang saya tangkap dari isi pidato.
Terus terang saja saya tidak mengenal beliau sebaik istri nya mengenal beliau. Maksudnya siapa lah saya ini, hanya sekedar salah satu muridnya yang diajar selama setahun, itu pun agak jarang mengingat kondisi kesehatan beliau. Tapi hari itu semua mendadak terlihat jelas dan saya bisa menyimpulkan satu kepastian mengenai beliau : Pak Pri adalah sesosok manusia yang mampu berbuat kebaikan untuk sesamanya. Banyaknya hadirin yang datang pada hari itu telah membuktikannya. Banyak kenangan yang hadir pada pidato teman-temannya telah menjadi saksinya, dan bagaimana semua orang mengingat tentangnya, telah menjadi sebuah keyakinan yang kuat.
Saya ingat bagaimana beliau susah payah naik tangga tiga lantai untuk mengajar teman-teman dan saya yang saat itu masih hijau-hijau daun. Saya ingat ajaran beliau untuk selalu membuat sesuatu yang unik agar mudah diingat orang. Yang paling pamungkas, beliau telah mengajarkan betapa luasnya dan bebasnya manusia. Bukan masalah jika kita memang punya hasrat dan passion tidak pada satu bidang. Bukan hal yang mustahil untuk sukses bagi manusia yang dianggap tidak fokus pada satu bidang.
Begitulah seharusnya manusia diingat. Saya teringat suatu quote di film, kira2 begini meledak eh bunyinya :
Hidup seorang manusia dilihat bagaimana ia setelah meninggal.
Sekarang pas seminggu setelah meninggalnya beliau. Mungkin jika beliau bukan lah orang yang baik apalagi hina dalam hidupnya, tak ada yang sudi untuk bahkan sekedar menggotong jenazahnya. Tak ada orang yang mau bersimpati atasnya. Tak ada yang mau mempedulikan nasib jenazahnya.
Tapi seperti yang kita tahu setelah cerita di atas, kawan, Pak Pri telah memperlihatkan secara gamblang apa dan bagaimana cara hidupnya selama ini.
Selamat jalan Pak Pri. semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan ketabahan, dan semoga amal kebaikan Anda diterima di sisiNya. Amin
sumber : dgi-indonesia.com. melalui proses edit oleh pribadi
                                                                                                                                    Ditulis sambil merasa gagal, hina dan kecil; sekaligus membara, agar kelak hidup saya berguna dan bermanfaat serta berkarya demi hajat orang banyak seperti halnya beliau. 

Comments

Popular Posts