[74] Menyebar Bibit


Gw punya satu kekhawatiran.
Muncul ketika gw mulai memasuki masa kuliah dan belajar di kampus. Gw mendengar isu-isu yang muncul ketika lulus dan memasuki dunia kerja.Katanya ketika kita kerja nanti, kita akan disibukkan oleh berbagai macam aktivitas yang menguras waktu dan tenaga sehingga kita tidak akan sempat melakukan kegiatan lain. Ya sebut saja seeprti hobi atau kegiatan yang mengikuti idealisme kita. Tak ada waktu lagi untuk memikirkan orang lain, katanya sih semua udah habis untuk mikirin kerjaan.
Maka ada kata pepatah bijak dari tetua di kampus
“Secantik-cantiknya orang, kalau kentut ya bau juga” *eh *jayus
Bukan itu sih (walau benar), tapi lebih ke “Puas-puasin yang mau lo pengenin dan lakuin ketika masa studi, karena kemungkinan besar lo gak bisa ngelakuin hal tersebut ketika sudah memasuki dunia kerja.”
Ikhlaskan lah pemikiran2 kayak
“Kalau udah lulus nanti pengen bikin usaha sendiri biar bisa ngasih masalah kerjaan ke orang lain”.
“ Pengen terus ikutan demo biar udah gak jadi mahasiswa”
“ Pengen terus ngajar buat anak-anak kaum marjinal yang belum bisa mengenyam bangku formal”
” Pengen dapet pasangan yang cantik/ganteng, yang kaya, baik, pengertian, dan punya riwayat penyakit jantung agar kita segera dapet warisannya”
Dan lain sebagainya.
Itu cuman hal yang diperjuangkan ketika masa studi kampus dan menghilang perlahan ketika kita sibuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga. Belum lagi harapan tak tertulis dari orangtua seperti “Ya bapak/ibu sih pengennya kamu kerja (yang bener) di perusahaan besar yang bener gtu lho. Syukur2 kamu lanjut s2” Ya bisa jadi idealisme cuman sebatas jadi ambisi semasa mahasiswa. Mungkin kebanyakan sudah menguap dalam realitas kehidupan sehari-hari. Jelaslah mengapa Indonesia masih harus bekerja keras untuk mensejahterahkan bangsanya sendiri.
Sama sekali tidak salah ketika pada akhirnya berjuang untuk kehidupan sendiri dan keluarga yang lebih stabil. Tidak salah juga jika pada akhirnya harus menuruti pesan orangtua.. Bukankah memperkuat ekonomi keluarga juga termasuk jalan memperkuat kesejahteraan di negeri ini? Nurut sama orangtua juga ada kebaikannya tersendiri.
Namun sebagai manusia yang beruntung karena mengenyam pendidikan tinggi, bukankah sebaiknya kita melakukan lebih dari sekedar memberi manfaat untuk pribadi dan keluarga sendiri? Bisa bermanfaat untuk masyarakat yang lebih luas dengan sekuat tenaga daripada sekedar aktif membayar pajak. Eh, iya bukan?
Beberapa minggu yang lalu gw mengikuti serangkaian acara relawan yang disebut Kelas Inspirasi. Singkatnya, dalam satu hari para relawan mengambil cuti dari pekerjaan/profesinya masing-masing untuk mengajar dan memberikan informasi mengenai pekerjaannya dengan harapan anak-anak akan terinspirasi dan terbuka wawasannya mengenai dunia profesi di masa depan.
Tapi gw belum ikut ngajar, gw hanya “sekedar mencoba” mendaftar jadi dokumentator.(dulu karena diajak oleh temen untuk ikut yang di Bandung)
Hari Rabu, tanggal 9 September 2015 mungkin salah satu “turning point” dalam hidup gw. Bersama ratusan relawan lain (khususnya 24 teman satu kelompok lainnya) kami mulai ikut serta memberikan inspirasi pada anak-anak esde polos-suka-jajan-suka-godain-temen-temennya-dan-bau-keringat-biji-bunga-matahari-ya-hamtaro-tidur…


ya, mereka adalah setan cilik yang aktifnya gak ketulungan murid SD yang beruntung
Kalau gw ceritainnya detailnya mungkin akan menghabiskan banyak kata. Biarlah nanti gambar-gambar yang akan bercerita (gaya ih).
Mayoritas teman sekelompok adalah orang-orang yang telah bekerja, menjadi pegawai baik untuk dirinya sendiri ataupun orang lain, paruh waktu ataupun waktu penuh. Mereka berinisiatif mengambil cuti (dan menggunakan waktu libur weekend mereka) hanya untuk mengajar selama satu hari di sekolah dasar. Mereka menjadi jawaban bagi kekhawatiran gw, bahwa meskipun sudah lulus nanti dan sudah bekerja (selama masih ada niat kuat) kita masih dapat berbagi dan ikut berkontribusi untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Tak perlu pusing harus berkontribusi sebesar apa, lakukan yang paling bisa kita lakukan untuk saat ini, lewat bidang yang kita mampu. Entah pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, ekonomi, nyanyi kek, joged kek, jungkir balik kek, koprol kek, terserah~
Sejatinya hidup kita tidak hanya untuk diri sendiri namun juga berbagi dengan orang lain. Lebih penting lagi bahwa kalimat basi itu tidak hanya menjadi angan yang pernah menginap di dalam mimpi, tapi juga dijaga dan dilaksanakan secara nyata. Agar menyebar bibit tidak hanya sekedar menyemai, namun juga menyiram dan memupuknya agar tumbuh berkembang menjadi pohon yang kuat.


Pelajaran baru :
- Walaupun sekedar foto dan mendesain, kita dapat berkontribusi untuk mempromosikan kegiatan sosial lebih viral lagi hingga akhirnya orang terdorong untuk ikutan juga.
- Biasanya di kegiatan kayak gini sekalian mencari jodoh hidup yang pas (aih).
Terima kasih untuk pengalamannya, terutama kelompok 68~

Comments

Popular Posts