[84] Mengepalkan Tinju


Saat ini sungguh bukanlah kondisi terbaik gw untuk beraktivitas. Mood sedang berantakan, pikiran melayang entah kemana, dan perasaan gak menentu. Saat ini kalau gw ibaratkan ya seperti ada kapal tanker yang menindih kepala lo sampe berat, lalu ada lautan yang ngisi seluruh otak lu, dan lo ingin untuk bikin air terjun di mata lo.
Ya gw ingin bersedih dan nangis di malam sepagi ini, pada pukul 3:58 WIB atau pukul 12:57 kalau di Hogwarts (ngasal).
Tapi ya cuman tertahan aja, tidak bisa menangis. Hanya sedih dan ribuan perasaan lainnya yang campur aduk kayak lotek.
Pukul 10.00 , tanggal 16 Mei 2016, ya atau hari ini gw diharuskan mengumpulkan draft TA (baca : si kampret-bikin-susah-kehidupan-kampus) kondisi lengkap 100%. Ini bakal jadi memori bersejarah dalam kehidupan gw karena sampai detik ini ditulis, gw baru menulis 1 halaman untuk bab IV. Ya, andai ada ibu peri saat ini, gw pengen meluk dia trus dan memohon agar gw diberi dana pensiun satu milyar per bulan untuk selamanya….
Sayangnya ibu peri cuman ada di dongeng Cinderella dan duet maut Marshanda dan Marini Zumarnis (udeh gugel aja wkwkwk)
Di titk terendah ini gw pengin nyerah aja. Mungkin ikut konvoi jamaah lulus tahun depan aja. Sejauh ini aturan di fakultas gw klo tidak lulus kelayakan harus mengulang 2 semester lagi.
Kalah dalam tekanan, ingin menyerah saja. Mending gak usah dilanjutin nulis skripsinya, ayo menyerahlah lebih awal. Lebih awal dari datang bulan (lho?).
Dan gw mengalami suatu pemikiran, kejeniusan sementara (kalau gak mau dibilang kebetulan aja). Bahwa sesungguhnya Tugas Akhir ada bukan untuk menguji kecerdasan atau kepintaran kita, terutama bidang keilmuan kita. Memang ini soal evaluasi sejauh mana sih kita belajar selama 4 tahun di kampus, dimana kita dibantai dan dicerca makian sumpah serapah hehehe diuji oleh dosen tercintah. Tapi dari buah pemikiran gw, skripsi lebih dari sekedar meneliti atau mencari solusi sebuah masalah.
Ya betul. (apa juga yang betul?). Ini arti sebuah kerja keras dipadu dengan kegigihan dan semangat juang yang tinggi, setinggi tiang panjat pinang yang penuh oli itu. Susah dan perlu bantuan orang lain untuk mencapainya. Tugas Akhir tidak hanya menguji otak kita, namun juga keteguhan hati dan kemampuan untuk bangkit lagi meskipun harus direvisi (ditinju dosen)berkali2,. Hingga kita merasa gak mampu lagi dan ingin mengibarkan bendera putih.
Tiap skripsi orang pasti ada apes2 taik kucingnya. Laptopnya kecurian, datanya corrupt trus ilang, disuruh revisi gantik topik (kayak gw), kucing tetangga meninggal (gak nyambung tapi tetep aja apes…. tetangganya), dosbing sering piknik susah ditemuin, dsb lah hehe.
Gw merasa sebagai orang bodoh di angkatan gw (kalau2 gak mau bilang di seluruh dunia dan akhirat) karena progress skripsi gw yang begitu lambat dan penuh revisi PENTING yang emang gak bisa diabaikan dan harus diperbaiki. Tak akan pernah gw lupa malam2 yang gw lewatkan sendiri di lantai 6 gedung baru kampus dan menatap layar komputer yang penuh revisian yang gw sendiri gak tau bagaimana menyelesaikannya. Emang dasar manusia (masa odong-odong), gw dalam hati merasa iri kepada teman2 yang tetap bisa melaju dan berproses dengan TA-nya masing-masing. Sampai lupa gw rasanya tidur nyenyak di malam hari karena gw lebih sering ketiduran di siang hari karena begadang. Lupa pulang ke kostan karena selalu mengerjakan di kampus dan kostan teman. Dan kebodohan dan ketololan gw dalam mengerjakan skripsi, membawa perasaan bersalah karena takut memupuskan harapan orang tua yang ingin anaknya lekas diwisuda. Ya, gw merasa bego karena merasa selalu kesulitan, struggle dalam memahami pelajaran, memahami penelitian.
Gw ingin percaya, kerja keras dapat menyelesaikan apa pun. Walau nyatanya kerja keras aja gak cukup lho. Perlu juga yakin, ulet, tekun, gigih, doa orang tua, restu mertua (lho), dll.
Yah, saat ini isi kepala gw kosong banget, mungkin karena udah tumpah untuk skripsi sehingga gak bisa berpikir jernih untuk hal yang lain. Sudah mencoba berbagai treatment supaya mood atau kreatif lagi tapi tampaknya gw kelelahan walau seharusnya itu gak bisa dijadikan alasan atas “tidak selesainya pekerjaan kita”. Berat mikir rasanya.
Mampus aja dah gw. Wkwkwkkw.
Semua orang mungkin mau untuk mengikuti pertarungan yang besar peluang kemenangannya, tapi hanya segelintir orang yang tetap bertarung dengan pertarungan yang belum tentu mereka menangkan. Kecil kemungkinanya. Jangankan kalah, belum tentu juga selesai berantem nyawanya selamat.
Namun biarkan gw untuk melanjutkan pertarungan. Gak bisa jamin menang. Mungkin gw bakal babak belur, jatuh, lalu menangis bersujud atas kelemahan dan kesadaran yang diberikan bahwasannya manusia amat kecil. Kita kerdil di mata Sang Pencipta. Tapi biarkan bangkit kembali dan tetap bertahan. Dengan mengepalkan tangan dan siap menghadapi pertarungan.
Lagi dan lagi.
 ————————————————————————————————-
ditulis saat harusnya nulis skripsi, au ah gelap.
Selamat menunaikan ibadah skripsi bagi yang menjalankan.
Tetap berjuang sekecil apapun kesempatannya. Yang menang bukan yang mengalahkan, tapi yang tetap bertahan.

Comments

Popular Posts