[28] Pelayanan dan Permintaan Maaf

Halo2 siswa labshool gw balik lagi untuk ngepost hasil pemikiran giting yang gak jelas. oh ya sebelum itu ini Selibas laporan singkat ketika 2 minggu yang lalu saya balik ke rumah untuk menghilangkan rasa penasaran kenapa saya juga bisa kangen dengan rumah #alah. 
laporan soal b*rak
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pernah membeli jengkol di pasar? pernahkah kamu naik angkot di pagi hari karena gak ada ojek, becek, terus bengek? dan berlanjut hingga keesokan harinya.
Pernah melakukan jual beli? Baik menjadi pembeli ataupun penjualnya? Mulai dari soal jual beli barang hingga ganja jasa.

Siapa yang kita hadapi pertama kali ketika kita ingin membeli atau menggunakan suatu jasa? Ya, penjualnya atau yang empunya jasa/dagang. Kita bertransaksi dengan mereka, membuat kesepakatan, dan akhirnya setuju untuk bertukar birong, eh barang. Kita ngeluarin duit, dia ngasih barangnya/jasa, dan kambing pun mengembik #lho

ojek teladan di kelurahan saya
Sekarang biarkan saya bertanya lagi, apa yang kamu rasakan dengan sikap penjual atau pedagang yang kamu temui sehari2, di masa kini? Banyak jawaban yang mungkin muncul dari berbagai benak yang berbeda. Ada yang bilang tukang batagor langganannya ramah, ada yang bilang ibu2 jual jamunya centil, hingga tukang  angkot yang kalau digebuk dari belakang malah marah *ya iyalah -____-


Tapi biarkan saya mengutarakan opini. Saya sering kali berhadapan dengan parah pedagang2 ini sehari karena saya sering dikejar untuk ditagih hutang saya sering sekali berbelanja kebutuhan sehari2 untuk menopang hidup seperti iphone, galaxy tap, nintendo ds naik angkot, tukang fotokopi, hingga mba2 penjaga warteg. Apa yang mau saya utarakan dengan mereka? Tidak peduli. maaf kamu tidak salah baca. Kebanyakan para pedagang kecil ini kebanyakan tidak peduli, tidak peka terhadap perasaan pelanggan dan pembeli. Walaupun jika saya analisis dari segi ekonomi dn budaya, banyak faktor yang menyebabkan para penyedia barang dan jasa ini kurang peka dengan pelanggan mereka, termasuk saya, si pengemis sembako.

Akan saya kemukakan alasan mengapa mereka2 ini bisa menjadi seperti itu, cekidot brokodot

  1. Faktor ekonomi lemah. Umumnya para pedagang kecil atau penyedia jasa ini tentunya masyarakat kelas menengah kejuruan ke bawah. Mereka memiliki tanggungan ekonomi yang besar sedangkan pemasukan mereka pas2an. Sehingga mereka memilih cara untuk menjual secepat atau sebanyak mungkin tanpa memikirkan kualitas karena terhimpit setoran akan kebutuhan hidup. Bukan salah mereka juga jadinya karena tidak memikirkan usahanya lebih lanjut karena sudah terbebani oleh kebutuhan hidup yang mesti dipenuhi sehari-hari. Contoh : tukang ojek yang langsung mematok harga tinggi, lalu mengantarkan kita tanpa helm dan berkendara dengan kebut2an dan tidak nyaman. karena mereka terkejar oleh kebutuhan rumah tangga sehingga mungkin bagi mereka kenyamanan pelanggan belum menjadi prioritas karena prioritas mereka adalah pendapatan yang cukup. Atau seringkali kasus supir angkot yang ngetem kelamaan, eh tau2 udah mau kiamat *eh. Karena sistem di perangkotan (alah) adalah angkot sewa jadi kebanyakan supir bukanlah pemilik dari angkot yg mereka kendarai. mreka dikejar setoran sewa angkot + biaya bensin sendiri, sehingga berusaha untuk menggangkut penumpang lebih dari kapasitasnya, sehingga pemasukan juga lebih banyak (logika supir angkot). padahal penumpang semakin tidak nyaman dengan angkot yang suka memaksakan kapasitas dan ngetem kelamaan, jadinya beralih untuk berusaha memiliki kendaraan pribadi. Penumpang semakin sedkit yang mau naik angkot, angkot semakin ngetem karena mencari penumpang. Angkot kelamaan ngetem, penumpang jadi males, dan siklus akan terus berjalan sampai ada pihak yang mau memutus rantai iblis tersebut. Nah lho
  2. Faktor Pendidikan. Kalau para pedagang menengah ke bawah tersebut bisa mengerti keinginan pasar dan produknya, ya tentu aja dari dulu mereka udah jadi gembong narkoba juragan sob! Karena rata2 umumnya para pedagang mengeyam pendidikan yang rendah, wajar jika banyak hal yang mreka tidak ketahui soal perdagangan dan pasar. Mereka kurang mengerti bagaimana mengolah dan cara mengemas barang jualan mereka agar menarik kolor. Mereka hanya berpikir jika bisa menjual barang dengan banyak, maka mreka akan mendapatkan untung. Padahal di masa kini banyak faktor yang semakin memperkuat alasan orang membeli sebuah barang. Contohnya dari faktor kesehatan, banyak pedagang makanan yang memasukan makanan baru jadi ke kantung kresek atau plastik. padahal hal tersebut berbahaya karena jika plastik terkena panas maka zat yang ada di dalamnya akan terurai dan tercampur pada makanan. Jika makanan tersebut masuk perut, maka zat plastik tersebut tidak dapat terolah dan akan berada di perut selamanya. Para pedagang juga tidak memperhatikan faktor kecepatan dan kenyamanan dalam melayani. Banyak pembeli yang kecewa karena para pedagang lama dalam memproses barang dagangannya, para pedagang  tidak memiliki jiwa melayani yang tinggi, mreka hanya berpikir soal keuntungan secara riil. Padahal jika penjual mengetahui etika penjualan/komunikasi + benar2 menguasai barang yang dijualnya (contoh penjaga konter hape honorer, mereka hanya mengetahui soal isi pulsa, ketika ada pembeli yang bertanya soal hape dan segala macam atributnya, umumnya mereka kebingungan dan menjawab tidak tahu. Hal ini menyebabkan ketidakpercayaan pelanggan pada kemampuan penjual dan menyebabkan pelanggan tidak akan kembali ke tempat konter hape tersebut. Rugilah si penjaga honorer karena tidak berusaha untuk mempelajari barang dagangannya secara detil), maka pembeli percaya untuk membeli barang dagangannya.
  3. Faktor Pelayanan. Karena mereka kurang mengerti akan faktor yang mendukung orang untuk membeli barang dan jasa, mereka tidak memperhatikan tentang para pembeli mereka. Para pedagang tidak memiliki rasa "pelanggan adalah raja", karena bagi mreka melayani adalah suatu kemewahan. Mengurusi dan memperhatikan diri sendiri saja sudah sulit, apalagi melayani orang dengan baik. dalam hal ini bukannya mereka tidak ramah, hanya saja mungkin mereka sudah susah dalam memikirkan kalkulus hidup, jadi untuk apa mereka memikirkan keuntungan orang lain. Contoh para pengguna jasa fotokopi umumnya membutuhkan pelayanan yang cepat namun rapih dan teliti untuk pekerjaan atau tugas mereka. Namun kadang tukang fotokopi santai2 dan kurang cekatan dalam mengerjakannya, kadang juga mereka menemukan kerusakan pada mesin fotokopi dan menanggapinya dengan lambat. Lalu karena kurang peduli, tukang fotokopi suka sungkan untuk minta maaf karena bagi mereka, kerusakan mesin di luar kendali mereka.  Para tukang fotokopi kadang kurang memikirkan para pengguna jasa yang sedang terburu2 sehinggam mebuat mereka kesal dan kecewa. Pada akhirnya mereka malas untuk datang lagi ke tempat fotokopian yang sama dan tentu itu akan merugikan tukang fotokopi. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang memikirkan yang dilayaninya.
contoh peningkatan pelayanan yang baik *sumber om gugel

Melalui faktor tersebut tentu bukan hanya tanggung jawab para pedagang mengengah kebawah untuk memperbaiki, namun kita para pembeli sebagai orang yang lebih mengerti dan berpengetahuan untuk turut serta dalam mengedukasi pedagang mengenai soal pelayanan. Melayani sebaik2nya bukanlah kemewahan namun bentuk ketulusan dan tanggung jawab, serta rasa hormat pada orang lain. Meminta maaf bukanlah suatu perbuatan yang merendahkan harkat martabat diri, namun justru menaikan derajat diri sendiri di mata Tuhan. #lagimabok

Comments

Popular Posts