[21] Semangkuk Sekoteng

teng teng teng teng teeeenngg, lonceng sekolah berbunyi *ehbukan maksud saya suara khas tukang sekoteng terdengar

langsung saja kubuka pintu kamar dan keluar lalu berteriak dari lantai bukan satu. "Oi, oi! Mang! Mang sekoteng! Si tukang hanya tengok kanan tengok kiri, seolah ia mendengar suara dari sesuatu yang tidak berwujud. Kupanggil ia untuk kedua kalinya "Oi! Oi! Mang!". Masih saja ia mencari2 dimana saya berada, padahal saya masih berpijak di atas bumi ini, blom minggat ke akhirat. Hampir ingin kusambit agar ia mengetahui keberadaanku. Namun Allah masih ingin memberikan rezeki pada tukang sekoteng, diberinya ilham untuk menengok ke atas agar ia tahu bahwa malam itu ia mendapatkan rezeki dari seorang pemuda yang sudah miring otaknya.

Kubuka pagar kost, lalu memesan semangkuk sekoteng. Saya makan sambil jongkok, si mang juga ikutan jongkok sambil menyapa tukang2 lain yang lewat. Tukang sate, tukang ojek, dan tukang jalan kaki (apa ya sebutannya?). Lalu tukang nasgor di sebelah kostku menyapanya, berbincang sebentar dengan tukang sekoteng, ah semoga ia tidak sedang modus agar dekat dengan saya *kampret

Setelah selesai makan, saya membayar si tukang sekoteng. Membayar untuk semangkuk sekoteng yang ia buat, hanya sekotengnya saja, mangkuknya mungkin bukan dia yang buat.

Saya : Mang, sabaraha?
Mang : 4 Juta aja.....
S : Wah yang bener aja mang? Kredit bisa?
M : (tertawa) ya gak bsa lah, gak bsa gesek disini!
S : Itu bisa, di situ (nunjuk celah gerobak)
M : (tertawa (lagi)) ah bisa aja dek
S : (ngasih uang, bukan duit) Nuhun
M : Makasi juga dek!

Lalu aku masuk kembali dan ia pergi bersama gerobaknya, yang lama kelamaan suaranya hilang di tengah kegelapan.

Semangkuk sekoteng yang barangkali bisa menghangatkan batin yang tengah kesepian, yang tengah kebingungan di kepulan asap~


Comments

  1. Naoon ieu Faaakh..
    Ada apa tukang sekoteng skitar sini. Belom pernah nemu

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts