[3] Kreatif, Proses, dan Tanggung Jawab

hari ini, Sabtu, 9 Juni 2013... saya bangun pagi dan itu sudah melewati batas kebiasaan saya akhir2 ini. Biasanya pada masa-masa kuliah aktif, saya tidur terlampau pagi dan bangun yaaaa agak siangan lah. Semua berbeda karena satu hal, Diklat OSKM 2013 (menurut saya logonya keren bgt!)

Singkatnya, ini adalah pelatihan dasar bagi para calon panitia yang ingin menjadi panitia, entah untuk panitia lapangan atau non-lapangan.

Dalam acara pelatihan itu, khususnya pada hari ini lebih banyak diisi dengan pemberian materi dan diskusi. bukan, saya bukan mau bahas materi yang diberikan atau apa yang dibahas dalam diskusi, tapi saya merasa telah menemukan titik fatal kelemahan dan bisa menjadi faktor mengapa bangsa kita, bangsa Indonesia, sampai saat ini masih dianggap sebagai bangsa yang berkembang atau "belum maju".

Pertama soal "mendengar". Tadi saat pemberian materi, sedikit sekali yang menyimak dengan baik pemberian materi oleh "abang" mentor. Ya walaupun belum tentu tidak memperhatikan brarti tidak mendengar, namun terlihat banyak yang asik mengobrol sendiri dengan teman. Memang sih menurut saya penyampaian materinya masih "kurang menarik dan atraktif" namun toh bukan brarti kita tidak menghargai. ah kampret, jadi teringat nilai yg disampaikan ketika SMP, "Active Listening". mendengar aktif, tidak hanya telinga namun seluruh pikiran dan raga kita jg mendengar. Dengan mendengar, kita menghargai dan mengetahui maksud dari lawan bicara. Rasa2nya udah banyak nasihat seperti itu, tapi mungkin kita generasi selanjutnya masih suka ngeyel klo dikasitau.

Kedua, adalah masalah yang menurut saya termasuk fatal. Kreatifitas. Bukannya teman2 saya tidak kreatif, tetapi saya menyadari ternyata sampai saat ini kreatifitas masih kurang dihargai di negeri ini. Terlihat dari pemberian solusi yang "masih kurang nyeleneh". bukan saya tidak menghargai, tapi ternyata dari situ saya menyadari saya mempunya tanggung jawab yang besar sebagai salah satu manusia yang menyadari betapa pentingya "kreativitas". Saya masih merasakan beberapa pelatihan, pemberian materi, atau acara dirasa kurang menarik untuk diikuti. Mungkin ini akibat pola pendidikan yang kita anut selama bertahun-tahun, merasa bahwa pengetahuan dan logika di atas kreativitas (hasil belajar pas kuliah) dan belajar yang "asal-telan, asal-hapal". Padahal dengan kreativitas kita bisa memberikan solusi yang jauh lebih baik. Lain kali bakal saya bahas soal kreativitas.

tapi teh inti dari semuanya, ternyata saya punya tanggung jawab yang lebih besar daripada apa yang saya bayangkan sebelumnya. Saya harus mengedukasi, mengajarkan masyarakat Indonesia, dan salah duanya tentang "mendengar" dan "kreativitas". Maap2 aje nih klo ceritanya gak karuan muter2 karena memang saya orangnya tidak pinter bercerita... hahaha

Comments

Popular Posts