[47] P-E-R-S

Di suatu malam dimana saya tidak bisa tidur entah kenapa (mungkin karena jam biologis belum membiasakan untuk tidur cepat), tepatnya jam 1 saya menemukan diri tengah melek dan menyalakan tv.
Mad City. Film yang dibintangi John Travolta dan Dustin Hoffman ini bercerita tentang seorang penjaga museum yang dianggap menyandera anak-anak dan manajer museum karena tidak sengaja menembak rekan kerjanya saat mengancam manajernya untuk menerima dirinya kembali bekerja. Hebohlah seluruh penduduk kota dan media karena kejadian tersebut terjadi di sebuah kota kecil. Di antara tersandera tersebut ada seorang reporter terkenal. Sang penjaga museum hanya ingin masyarakat luar dan pers mengerti akan ketidaksengajaan yang ia buat sehingga ia tidak bersalah di mata hukum dan tidak ditangkap polisi, ia sama sekali tidak berniat untuk menembak rekannya dan menyandera pengunjung museum. Di tengah keadaan frustasi tersebut, dengan bantuan sang reporter ia harus membuat masyrakat dan pers berbalik mendukung dirinya agar ia tidak dianggap bersalah. Namun semuanya tidak berjalan dengan mudah di depan massa pers yang mementingkan rating ketimbang kebenaran sesungguhnya.
Cerita di film tersebut menggambarkan betapa luar biasanya kekuatan media dan pers. Hanya dengan pengaruhnya dapat merubah persepsi masyrakat. Di depan pers, orang baik dapat berubah menjadi jahat begitu juga sebaliknya. DI era informasi seperti sekarang, wajar jika ada ungkapan yang mengatakan “Barangsiapa yang menguasai media, dialah yang akan menguasai dunia”. Dunia tidak lagi dikuasai dengan emas atau wilayah, tapi persepsi, ideologi, pikiran. Lebih baik menjajah pikiran dan kemauannya secara tidak sadar, karena orang akan tergerak secara sukarela tanpa merasa dikuasai siapapun.
Di masa pesta demokrasi seperti ini, kekuatan media dan pers memberikan pengaruh sekali terhadap masyarakat mengenai capres yang bertarung di laga pemilu. Pers memiliki kekuatan untuk mempengaruhi bahwa seorang tokoh layak dipilih karena kelebihan dan visinya sedangkan yang lainnya pantas untuk dicibir dan dihina atas suatu hal yang belum tentu kebenarannya. Bukan rahasia lagi bahwa kini sebuah media pers bisa saja dimiliki oleh seorang tokoh demi keuntungan pribadinya. Padahal melalui kekuatan pers, kejujuran bisa ditegakan, keadilan bisa didirikan. Kalau kini media sudah bertuan, pada siapa lagi masyrakat harus percaya?
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment